"Kita sekarang butuh solusi yang cepat, karena kita sudah tidak bisa nunggu lagi dan sudah kelamaan. Memang kebijakan yang efektif, tidak ada pilih kasih dan semua kena itu adalah dengan menaikkan harga BBM," kata Destry usai menjadi moderator acara "Media Briefing CFO Forum 2013" di Jakarta, Senin.
Menurut Destry, menaikkan harga BBM merupakan solusi kebijakan jangka pendek yang mudah diimplementasikan dan lebih realistis dibandingkan solusi dengan memproduksi BBM jenis baru yang memiliki oktan di atas Premium (88) di bawah Pertamax (92), yakni oktan 90.
"Itu (oktan 90) apa bisa cepat? Jika itu bisa diproduksi, bagaimana menyalurkan kepada masyarakat, kan butuh tangki sendiri, infrastruktur, dan lainnya. Itu kan memakan waktu, kita sudah tidak bisa "buying time" lagi," ujarnya.
Destry mengatakan, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi maka nantinya di pasar ada dua harga yakni untuk kendaraan pribadi dan kendaraan umum.
"Harga BBM bersubsidi untuk kendaraan pribadi naik 30 persen, sedangkan untuk kendaraan umum harganya tetap Rp4.500," tuturnya.
Selain itu, Destry berharap pemerintah bisa fokus dalam merencanakan serta mengimplementasikan proyek jangka menengah yakni konversi energi dari minyak ke gas.
"Kenaikan harga BBM ini kan untuk "short term", kalau untuk "mid term"-nya ya dengan konversi energi itu yang difokuskan, jangan dengan alternatif baru lagi," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar